KEBOHONGAN DAN FITNAH KEJI WAHABI / SALAFI TERHADAP IMAM SYAFI’I
Inilah salah satu bukti bentuk kebohongan dan fitnah keji yang dilakukan Wahabi / Salafi terhadap Imam Syafi’I di mana Imam Syafi’I dinyatakan membagi tauhid kepada tiga bagian, yaitu: 1. Tauhid Rububiyah 2. Tauhid Uluhiyah 3. Tauhid Asma’ wa Shifat.
Padahal Imam Syafi’I dan ulama-ulama salaf lainnya tidak pernah membagi tauhid kepada tiba bagian tersebut. Karena, ketiga "Aqidah Trinitas" tersebut adalah aqidah kaum Mujassimah yang dianut oleh Wahabi / Salafi dan ujung-ujugnya membid'ahkan dan memusyrikkan amaliyah ulama Ahlussunnah wal Jama'ah yang tidak sepaham dengan aqidah mereka. Hal itu bisa dilihat dan dibuktikan di dalam kitab tauhid “AL-KAWKABUL AZHAR SYARAH AL-FIQHUL AKBAR “ karya Imam Syafi’I sebagai berikut:
قال الشافيع رحمه الله تعالى ( فان قيل : أليس قد قال الله تعالى ( الرحمن على العرش استوى ) يقال ان هذه الأية من المتشابهات و الذي نختار من الجواب عنها و عن أمثالها لمن لا يريد التبحر فى العلم أن يمر بها كما جاءت و لا يبحث عنها و لا يتكلم فيها لأنه لا يأمن من الوقوع فى ورطة التشبيه اذا لم يكن راسخا فى العلم . و يجب أن يعتقد فى صفات الباري تعالى من ذكرناه و أنه لا يحويه مكان و لا يجري عليه زمان منزه عن الحدود و النهايات مستغن عن المكان و الجهات و يتخلص من الهالك و الشبهات . و لهذا المعنى زجر مالك رحمه الله رجلا حين سأله عن هذه الأية فقال : الاستواء مذكور و الكيفية مجهولة و الايمان به واجب و السؤال عنه بدعة ثم قال : و ان عدت الى مثله أمرت بضرب رقبته . أعاذنا الله و اياكم من التشبيه
Artinya: =====
Berkata Imam Syafi’I, semoga Allah ta’ala merahmatinya: (Maka seandainya dikatakan: Tidakkkah Allah ta’ala berfirman:
الرجمن على العرش استوى
Dikatakan bahwa ayat ini bagian dari ayat Mustasyabbihat (ayat yang samar untuk mengetahui maksud rdan tujuannya dan perlu penjelasan dari pakar tafsir Al-Qur’an). Adapun jawaban yang kami pilih dari ayat mutasyabbihat dan keasamaan-kesamaannya ini berlaku bagi orang yang tidak mau mendalami ilmunya agar melewatinya seperti apa adanya ayat dan tidak perlu membahas dan membicarakan ayat ini. Karena, hal ini tidak akan aman untuk terjatuh ke dalam lumpur “Tasybih”, yakni menyamakan Allah dengan makhluk apabila bukan dari golongan orang-orang yang dalam ilmunya.
Dengan demikian, wajib bagi setiap muslim yang mukallaf untuk mengi'tiqadkan atau meyakinkan perkara di dalam sifat-sifat Dzat Maha Pencipta (Allah) ta’ala seperti apa yang telah kami terangkan, di mana Allah ta’ala tidak diliputi oleh tempat dan tidak berlaku zaman bagi-Nya. Juga, Dia maha dibersihkan dari segala batasan, dan ujung dan tidak butuh kepada tempat dan arah. Dia selamat dari segala bentuk kerusakan dan keserupaan.
Oleh karena dengan adanya makna ayat ini, maka Imam Malik rahimahullah melarang kepada seseorang untuk menanyakan tentang ayat ini. Beliau berkata: Al-Istiwa’ sesuatu yang sudah disebut. Kaifiat (pertingkah) sesuatu yang samar. Iman dengan ayat ini wajib. Dan, bertanya tentang ayat ini bid’ah.
Kemudian, beliau berkata: Seandainya engkau kembali menanyakan kepada semitsal ayat ini, maka aku memerintahkan supaya engkau menepuk lehermu. Semoga Allah melindungi kita dan kalian untuk tidak menyamakan Allah dengan makhluk !
{Keterangan dari kitab "Al-Kawkab Al-Azhar Syarah Al-Fiqhu Al-Akbar", karya Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, halaman 68, cetakan "Darul Fikr", Beirut - Libanon). = https://www.facebook.com/thobary.syadzily/media_set?set=a.638751539502810.1073741987.100001039095629&type=1 =
Inilah kitab-kitab ilmu tauhid Ahlussunnah wal Jama'ah yang sesungguhnya yang bersih dari aqidah Wahabi / Salafi:
Belum ada Komentar untuk "Kebohongan dan Fitnah Keji Wahabi"
Posting Komentar