LAFADZ SAYYIDINA DALAM PEMBACAAN SHALAWAT


Boleh hukumnya menambahkan lafadz "SAYYIDINA" dalam pembacaan shalawat, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Keterangan dalam kitab "Sa'adatud Darain (سعادة الدارين) halaman 11 sebagai berikut:

و قال الشيخ محمد الفاسى فى شرح دلائل الخيرات : الصحيح جواز الاتيان بلفظ السيد و المولى و نحوهما مما يقتضى التشريف و التوقير و التعظيم فى الصلاة على سيدنا محمد صلى الله عليه و سلم

Artinya: " Dan telah berkata Syeikh Muhammad Al-Fasi di dalam kitab Syarah Dala'ilul Khairat (شرح دلائل الخيرات) : Menurut pendapat yang shahih adalah boleh hukumnya menggunakan lafadz 'SAYYIDINA" atau "MAULANA" atau sejenisnya dari sesuatu yang menunjukkan kemulyaan, penghormatan, dan pengagungan dalam pembacaan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw". Lihat pula keterangan dalam kitab "Nihayatul Muhtaj" jilid 1 halaman 530 karya Syeikh Syamsuddin Ar-Ramli cetakan Dar el-Fikr !!

Bahkan di dalam kitab dan halaman yg sama (Sa'adatud Darain) diterangkan sebagai berikut:

Yang artinya: "Dan telah berkata pengarang kitab Miftah aL-Falah: Dan takutlah kalian meninggalkan (tidak menggunakan) lafadz junjungan (maksudnya Sayyidina dalam pembacaan shalawat) !!. Karena, di dalam lafadz tersebut terkandung rahasia (asrar) bagi orang yang merutinitaskan atau mengistiqamahkan ibadah.

Dan Imam Suyuthy ditanya tentang hadits yang berbunyi: لا تسيدوا نى فى الصلاة (Janganlah kalian menggunakan lafadz sayyidina kepadaku di dalam pembacaan shalawat !!). Kemudian, beliau (Imam Suyuthy) menjawab: Sesungguhnya hadits tersebut tidak berlaku, beliau pun berkata: Dan sesungguhnya Nabi saw tidak mengucapkan lafadz Sayyidina ketika beliau mengajarkan kepada umat beliau tentang tata cara pembacaan shalawat kepada beliau. Karena, beliau tidak suka membanggakan diri. Selanjutnya, beliau berkata: أنا سيد ولد أدم و لا فخر
Yang artinya: Aku adalah junjungan anak Adam dan tidak ada kebanggaan sedikitpun pada diriku.

TAMBAHAN
=======

Bahkan di dalam kitab "Nihayatul Muhtaj" karya Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi al-Abbas Ahmad bin Hamzah Ibnu Syihabuddin ar-Ramli (1004 H / 1596 M), jilid 1 halaman 530, cetakan "Darul Fikr", Beirut - Libanon, paling utama menggunakan lafazh "Sayyidina".

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "LAFADZ SAYYIDINA DALAM PEMBACAAN SHALAWAT"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel