Amaliyah Asyura' di Bulan Muharram

Syaikh Nawawi al-Bantani berkata,

وَنُقِلَ عَنْ بَعْضِ اْلأَفَاضِلِ أَنَّ اْلأَعْماَلَ فِىْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ اِثْناَ عَشَرَ عَمَلًا اَلصَّلاَةُ وَالْاَوْلَى أَنْ تَكُوْنَ صَلَاةَ التَّسْبِيْحِ عَلَىوَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ وَالتَّوْسِعَةُ ُ وَزِيَارَةُ الْعَالِمِ اَلصَّالِحِالْعِيَالِ وَاْلِاغْتِسَال وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ ُ وَتَقْلِيْمُ الْاَظْفَارِ وَقِرَاءَةُوَاْلِإكْتِحَال سُوْرَةِ اْلِإخْلاَصِ أَلْفَ مَرَّةٍ وَصِلَةُ الرَّحْمِ وَقَدْ فِىْ الصَّوْمِ وَالتَّوْسِعَةِوَرَدَتْ اَلْأَحَادِيْثُ عَلَى الْعِيَالِ وَأَمَّا غَيْرُهُمَا فَلَمْ يَرِدْ فِىْ 196اْلأَحَادِيْثِ (نهاية الزين )

“Dikutip dari sebagian ulama yang mulia bahwa amal-amal (saleh) di hari Asyura’ ada 12, yakni salat, yang lebih utama adalah salat Tasbih, puasa, sedekah, melapangkan belanja keluarga, mandi, ziarah orang alim yang saleh, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, bercelak, memotong kuku, membaca al-Ikhlash 1000 kali, dan silaturrahim. Yang dijelaskan dalam hadis-hadis adalah puasa dan melapangkan belanja keluarga. Sedangkan yang lainnya tidak dijelaskan dalam hadis”. (Nihayatu al-Zain hal. 196)

Mengenai puasa Asyura’ hadisnya sudah banyak yang mengetahui. Sedangkan hadis ‘melapangkan belanja’ (nafkah) adalah sebagai berikut ;

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِى يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلَّهَا (رواه الطبرانى والبيهقى وأبو الشيخ)

”Barangsiapa melapangkan belanja kepada keluarganya di hari Asyura’, maka Allah melapangkan kepadanya selama setahun, keseluruhan” (HR Thabrani, al-Baihaqi dan Abu Syaikh)

Status hadis ini dikuatkan oleh banyak ulama seperti dari Mufti al-Azhar yang mengutip dari al-Hafidz as-Suyuthi,

وَقَالَ الْبَيْهَقِى إِنَّ أَسَانِيْدَهُ كُلَّهَا ضَعِيْفَةٌ ، وَلَكِنْ إِذَا ضُمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ أَفَادَ قُوَّةً ، قَالَ الْعِرَاقِى فِى أَمَالِيْهِ : لِحَدِيْثِ أَبِى هُرَيْرَةَ طُرُقٌ صَحَّحَ بَعْضَهَا ابْنُ نَاصِرٍ الْحَافِظُ ، وَأَوْرَدَهُ ابْنُ الْجَوْزِى فِى ِ . وَذَلِكَ لأَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ أَبِىالْمَوْضُوْعَات عَبْدِ اللهِ الرَّاوِى عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ مَجْهُوْلٌ ، لَكِنْ جَزَمَ الْحَافِظُ فِى تَقْرِيْبِهِ بِأَنَّهُ مَقْبُوْلٌ ، وَذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِى الثِّقَاتِ وَاْلحَدِيْثُ حَسَنٌ عَلَى رَأْيِهِ . قَالَ الْعِرَاقِى : وَلَهُ طُرُقٌ عَنْ جَابِرٍ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ أَخْرَجَهَا بِ " وَهِىَ أَصَحُّابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِى "اْلاِسْتِيْعَا 256 / ص 9طُرُقِهِ . (فتاوى الأزهر –ج )

”al-Baihaqi berkata: Sanad hadis ini secara keseluruhan adalah dlaif. Namun jika diakumulasikan maka menjadi kuat. Al-Iraqi berkata dalam al-Amali: Hadis Abu Hurairah memiliki banyak jalur riwayat yang sebagiannya disahihkan oleh al-Hafidz Ibnu Nashir. Dan Ibnu al-Jauzi memasukkan dalam kitab al-Maudlu’at. Sebab Sulaiman bin Abi Abdillah seorang perawi dari Abu Hurairah adalah majhul. Namun al-Hafidz Ibnu Hajar secara tegas menyatakan dalam kitab Taqribnya bahwa ia perawi yang diterima. Ibnu Hibban memasukkannya dalam ats-Tsiqat. Maka hadis ini adalah hasan menurutnya. Al-Iraqi berkata: Hadis ini memiliki riwayat lain dari Jabir sesuai syarat Muslim yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti’ab. Dan ini adalah riwayat yang paling sahih”

Al-Hafidz Ibnu Hajar menambahkan riwayat berikut sebagai lanjutan hadis diatas ;

قَالَ جَابِرٌ جَرَّبْنَاهُ فَوَجَدْنَاهُ كَذَلِكَ وَقَالَ أبُوْ الزُّبَيْرِ: مِثْلَهُ وَقَالَ شُعْبَةٌ: مِثْلَهُ وَشُيُوْخُ ابْنِ عَبْدِ الْبَرِّ الثَّلاَثَةِ مُوَثَّقُوْنَ وَشَيْخُهُمْ مُحَمَّدُ بْنُ مُعَاوِيَةَ هُوَ ابْنُ اْلأَحْمَرِ رَاوِي السُّنَنِ عَنِ النَّسَائِي وَثَّقَهُ ابْنُ حَزْمٍ 293 / ص 2وَغَيْرُهُ (لسان الميزان -ج )

”Jabir berkata: Kami mencobanya maka kami menemukannya seperti itu (diluaskan rezekinya). Abu Zubair dan Syu’bah berkata demikian. Guru-guru Ibnu Abdil Barr yang tiga dinilai terpercaya. Guru mereka Muhammad bin Muawiyah adalah Ibnu al-Ahmar perawi sunan dari Nasai, yang dinilai tsiqah oleh Ibnu Hazm dan lainnya” (Lisan al-Mizan 2/293).

Mengapa sebagian ulama Syafiiyah menganjurkan 10 amal di atas dilakukan pada 10 Muharram? Sebab para sahabat sudah melakukan amal-amal saleh di bulan-bulan mulia, dan 10 Muharram termasuk di dalamnya ;

وَذَكَرْنَا عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ الْعَمَلَ الصَّالِحَ وَاْلأَجْرَ فِي هَذِهِ الْحُرُمِ أَعْظَمُ … وَقَدْ كَانَ كَثِيْرٌ مِنَ السَّلَفِ يَصُوْمُ اْلأَشْهُرَ الْحُرُمَ كُلَّهَا رُوِيَ ذَلِكَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَالْحَسَنَ الْبَصْرِي وَأَبِي إِسْحَاقَ السَّبِيْعِي وَقَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِي : اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ يُصَامَ مِنْهَا 279 / ص 1(لطائف المعارف –ج )

“Telah kami sebutkan dari Abdullah bin Abbas bahwa amal shaleh dan pahala di bulan-bulan mulia ini sangatlah agung…. Dan sungguh banyak ulama Salaf berpuasa di bulan-bulan mulia tersebut, kesemuanya, yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Hasan al-Bashri, dan Abu Ishaq as-Sabii. Sufyan ats-Tsauri berkata: Bulan-bulan mulia lebih saya senangi untuk melakukan puasa darinya” (al-Hafidz Ibnu Rajab, Lathaif al-Ma’arif, 1/279)

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Amaliyah Asyura' di Bulan Muharram"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel